Siang itu, angin semilir bertiup diiringi kegaduhan kelas
8 I dengan kedatangan seorang anak yang ayu dan berhijab, namanya Galuh. Ia
baru pindah sekolah siang ini. Tampak seseorang yang duduk disamping Galuh. Dia
adalah teman sebangku Galuh dan ia juga ketua kelas di kelas 8 I. Namanya Rena.
Ia adalah ketua kelas yang bertanggung jawab, disiplin, pintar, dan tegas.
Galuh dan Rena yang sedang duduk di bangku paling depan
terlihat sedang berbincang. Galuh pun sangat antusias pendengar perkataan Rena.
Lalu, datanglah Nira yang bermaksud ingin berbincang dan ikut bergabung.
“Ehem.. lagi ngapain nih? Boleh nggak aku ikut gabung diskusi? Kayaknya kalian
sedang berbicara tentang hal yang serius.” Rena dan Galuh langsung menengok ke
arah Nira dengan wajah penuh senyuman. “Boleh, kita berdua sedang merencanakan
keinginan Galuh yang ingin berjalan-jalan keliling kota dengan kawan-kawan
lainya. Ia sangat penasaran dengan isi kota barunya hehe” jawab Rena dengan
jelas. “A.. ide bagus Galuh, kebetulan esok adalah weekend jadi kita bisa
bersepeda bersama mengelilingi kota”.
Hari Minggu cerah menyambut, rasanya hari ini akan
menjadi hari yang menyenangkan. Terlihat beberapa anak kelas 8 I sudah
berkumpul di depan rumah Rena. “Ah sudah jam 7 lewat 5 menit.. apakah anak yang
belum datang masih tidur pulas di ranjangnya?” keluh Nira sedikit kesal. “Iya
nih kita kan janji nya jam 6.30, kita sudah sepakat kalau memang ada yang
terlambat lebih dari 20 menit resikonya kita tinggal tapi kenapa kita masih
menunggu disini?” sahut Rara. “Mending kita tunggu saja mereka sebentar lagi
mungkin mereka terhalang sesuatu untuk datang kesini” jawab Galuh untuk meredam
amarah teman-temanya.
Jarum jam terus berputar. Sekarang jarum jam sudah
menunjukan pukul 7 lewat 15 menit.
Tinggal 4 orang anak yang belum datang dan memberi kabar kepastian datang atau
tidak. Terlihat wajah Rendi dan yang lain muram karena lama menunggu. “ Coba
hubungi ke empat anak itu! Apakah mereka tidak memiliki jam dirumahnya?!” omel
Sihan kesal. “Baiklah..” jawab Rena. Rena, Nira, Vina dan Rosi mengeluarkan
ponsel nya masing-masing untuk menghubungi ke kempat anak itu. Apa daya nomor
Tina dan Sofilia tidak aktif dan 2 anak
membalas dan meminta maaf tidak bisa datang karena ada acara mendadak. “Ah..!
Dua anak itu keterlaluan, kita sudah menunggu setengah jam lebih” keluh Rosi
menatap kearah Rena.
Mereka pun memutuskan untuk meninggalkan kedua anak yang
belum datang dan tidak jelas kepastian datang atau tidaknya. “Mungkin mereka
tidak jadi untuk datang, kasihan kawan-kawan yang lain tampak lelah menunggu.
Ayo kita berangkat sekarang!”. Mereka mulai mengkayuh sepeda dengan sedikit
lesu karena lama menunggu. Tiba-tiba kedua anak memanggil mereka dari arah
belakang. “Hey! Tunggu..” teriak salah satu anak. Spontan mereka langsung
mengerem sepadanya. “Hei kalian tega sekali meninggalkan kami! Ada apa dengan
kalian?” tanya Soffilia. “Apa maksudmu? Seharusnya kami yang bertanya, kemana
saja kalian ini? Kita sudah menunggu setengah jam lebih! Kalian pun tidak
memberi kepastian datang atau tidak. Ku rasa kalian tidak akan datang” jelas
Rendi kesal. Amarah mereka memuncak. Kawan-kawan yang lain sudah sabar dan mau
menunggu Soffilia dan Tina, namun apa daya mereka disalahkan. “Sudahlah sof
mungkin kita memang tidak diundang dalam acara ini”. Mereka pergi tanpa meminta
maaf.
Sindiran yang mengarah kepada mereka itu menusuk dalam
hati kawan-kawan dan membuat mereka kesal juga jengkel. Kesalahan yang mereka
lakukan seharusnya bisa mereka sadari dan jangan seenaknya menyalahkan orang
lain. Cobalah intropeksi diri apa yang salah dengan apa yang kita lakukan.
Tepat waktu itu penting! Jangan disepelehkan!.
Banyuwangi,
10 Sep. 15
Karya Arien Daning Astiti (04)
IX C